(photo dok pribadi Jasd29) Apa itu hari perempuan internasional ?. Hari Perempuan Internsional atau yang biasa di sebut (In...
(photo dok pribadi Jasd29)
Apa itu hari perempuan internasional
?.
Hari
Perempuan Internsional atau yang biasa di sebut (Internasional Womens Day)
adalah hari dimana para wanita memperjuangkan hak-hak mereka. Sejarah kehidupan
sosial masyarakat dunia, khususnya perempuan tak terlepas dari kondisi
pembagian peran, terutama peran stereotipe perempuan dan laki-laki. Pembagian
peran inilah yang pada suatu masa mengalami guncangan, yaitu pada saat
dimulainya industrialisasi dan perang.
Mungkin
banyak diantara kalian yang belum tahu bahwa tanggal 8 Maret, seluruh dunia
memperingati Hari Perempuan Internasional. Bagaimana sih awal mula Hari
Perempuan Seluruh dunia diperingati pada 8 Maret?
Sejarah lahirnya hari perempuan
internasional
Seperti yang
kita tahu, perjuangan kaum wanita telah mewarnai perjalanan umat manusia di
seluruh dunia. Perjuangan tersebut tentu tidak semuanya berjalan dengan indah
dan mulus. Beberapa peristiwa juga turut mewarnai. Yang paling terkenal dan
dipercaya sebagai awal dari perjuangan kaum wanita adalah peristiwa di pabrik
garmen bernama Triangle
Shirtwaist Factory di
Amerika pada tahun 1911.
Pada masa
itu kondisi kerja dan fasilitas yang diterima para buruh wanita di Amerika
sangat jauh dari layak. Hingga pada akhirnya sebuah kebakaran hebat terjadi
pada bulan Maret tahun 1911 dan menewaskan 140 orang pekerja perempuan.
Peristiwa tersebut disebut-sebut sebagai bencana industri paling mematikan
dalam sejarah kota New York.
Nah
peristiwa tersebut memicu aksi damai yang dilaksanakan
bertahun-tahun kemudian di New York City, Amerika Serikat. Aksi tersebut
dimotori oleh buruh-buruh perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil dan dilaksanakan
tepat pada tanggal 8 Maret 1957.
Nah karena itulah mengapa 8 maret disebut sebagai hari
perempuan internasional. Sekarang bagaimana perempuan Indonesia dan perempuan
papua memaknai hari perempuan internasional tersebut?.
Makna
Hari Perempuan Internasional bagi Perempuan Indonesia
Hari Perempuan Internasional secara mainstream belum
merupakan hari penting dalam kalender resmi Negara Indonesia, tidak tercatat
sebagai hari peringataan dalam kalender baik sebagai hari libur maupun sebagai
hari nasional untuk diperingati.
Hanya pada jaman Soekarno organisasi-organisasi perempuan
Indonesia turut memperingati WID, di antaranya PERWARI persatuan wanita
republik Indonesia yang sempat menjadi WIDF (Women International Democratic
Federation) mengadakan kegiatan terkait hari perempuan, organisasi perempuan
lain seperti GERWANI juga memperingati WID.
Akan tetapi
pada masa orde baru, peringatan WID dilarang dianggap bermuatan komunis, namun
organisasi perempuan yang ada dan dibentuk secara swadaya pada tahun 1980an
mulai mengadakan kegiatan dan semakin menjadi kegiatan yang lebih terbuka dan
dikenal publik sejak tahun 1990an. Bahkan sampai hari ini perempuan Indonesia
masih memperjuangkan hak-hak mereka melalui organisasi-organisasi perempuan
yang progresif seperti ; Seruni, (Seruan Perempuan Indonesia) dll.
Makna Hari
Perempuan Internasional bagi Perempuan Papua
Perempuan Papua adalah korban-korban dari tatanan hidup
yang dipaksakan hancur. Tidak didengar, disepelehkan, ditinggalkan menjadi
label yang diberikan pengusa negara dan pemegang modal kepada
mereka. Tujuannya agar kepercayaan diri, moral, daya juang dan kerja keras
hancur lebur, karena dianggap hak-hak dasar mereka lebih rendah
dibandingkan kepentingan-kepentingan kapitalis dan agennya.
Dalam film dokumenter Papuan Voice I, judulnya
Surat Kepada Prada menampilkan oknumTentara Nasional Indonesia
(TNI) sebagai subjek kekerasan seksual. Praktek-praktek kekerasan
yang dilakukan aparat, terbukti ketika perempuan Papua diperkosa
dan payu darah dipotongoleh oknum aparat pada kejadian Biak Berdarah tahun
1998 (wawancara dengan Fillep Karma pada pertengahan Agustus 2016).
Dalam International Coalition For Papua (ICP),
Rekomendasi LIPI dan KOMNAS HAM dari periode 2012-1014 dijelaskan juga
mama Papua ditembak dua kali setelah meminta aparat untuk mengehentikan
penembakan dalam sebuah kasus di Papua.
Pada 8 Desember 2014, mama Marci Yogi mengangkat
tangannya untuk meminta agar aparat keamanan menghentikan tembakan pada
tragedy pembunuhan empat siswa di di Lapangan Karel Gobay,
Enarotali, Paniai. Dua peluru menerjangnya. Peluru pertama mengenai kitab
suci yang diletakan di dalam noken dan yang kedua mengenai tangan
kiri mama. Mama Yulita Edowai ditembak di kaki saat sedang
berusaha melarikan diri dari lokasi kejadian. Saksi Mama Agusta Degei yang
berada di kebun, antara lapangan Karel Gobai
dan lapangan Bandar udarah Paniai.
Kasus-kasus seperti ini sangat sering terjadi, namun
karena intimidasi dari aparat keamanan membuat perempuan-perempuan Papua
memilih diam dan menerima ini sebagai trauma yang tidak untuk diperdebatkan
bahkan dilawan.
Berdasaran diskusi kelompok dan
wawancara oleh International Coalition For Papua (ICP),
Rekomendasi LIPI dan KOMNAS HAM, lebih dari 1700 perempuan di seluruh
wilayah Papua (2012-2014) ada tiga bentuk marginalisasi dan diskriminasi
yang dialami oleh perempuan Papua, di antaranya:
1. Peminggiran perempuan papua
dari sistem ekonomi
Faktor penyebab, pertama, kurangnya infrastruktur yang
menghubungkan perempuan ke pasar , kedua, transportasi yang mahal
membatasi akses ke masyarakat dan pasar dan ketiga, dominasi pedagang
non-papua di sektor ekonomi.
2. Pelemahan identitas dan
kemiskinan sebagai akibat dari hilangnya sumber daya alam.
Pengambilan atau perampasan sumber daya alam yang dilakukan oleh
investor yang bekerjasama dengan pemerintah nasional dan daerah mengakibatkan
masyarakat Papua kehilangan tanah dan sumber daya alamnya.
Bahkan aparat keamanan juga berperan penting dalam mendukung
pengalihfungsian lahan hutan. Misalnya di Kabupaten Keroom yang
juga aparat keamanan yang bekerja untuk melindungi kepentingan investor.
Keberadaan aparat mengancam keberadaan perempuan Papua
karena mereka dilarang untuk pergi ke hutan yang menjadi sumber kehidupan
mereka. Mereka dianggap bagian dari Operasi Papua Merdeka (OPM) jika pergi ke
hutan.
Sedangkan identitas perempuan Papua seringkali terkait
dengan tanah dan alam, jadi masalah ini bukan terkait, makan dan minum serta
mata pencarian bahkan aset ekonomi namun tentang perampasan identitas
diri perempuan Papua.
3. Kurangnya partisipasi
politik perempuan Papua
Keterlibatan politik perempuan Papua sangat terbatas
karena permasalahan ekonomi dan isolasi, bahkan 30 % kuota dasar perempuan
hampir tidak pernah tercapai di Papua.
Perempuan jarang sekali dilibatkan dan mengambil keputusan,
baik dalam konteks daerah maupun birokrasi. Permasalahan ini tidak dianggap
penting bagi partai-partai politik di Papua.
Bagaimana
Realita Perempuan Papua hari ini dalam
memperingati hari perempuan internasional
Akibat dari kencangnya cengkraman kapitalis yang selalu
berganti wajah mengikuti perkembangan zaman dan terus melakukan penindasan
diatas tanah papua maka nasib perempuan papua hari ini sangat miris. Mengapa
demikian ? Karena lahan-lahan yang dulu biasanya digunakan sebagai lahan
berkebun sudah habis dijadikan kebun sawit, dan walaupun ada pastilah tanah
tanah tersebut sudah tercemar oleh limbah dari perusahaan asing. Dengan situasi
ini perempuan papua dipaksa untuk meninggalkan budayanya; yaitu Kerja, dan
akhirnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari perempuan papua harus
banting tulang 3 kali lipat dari biasanya. Namun karena system kolonialisme
yang di boncengi kapitalisme mengakibatkan pemikiran menganggap bahwa semua ini
biasa-biasa saja.
Tidak hanya dikalangan ibu rumah tangga; di kalangan
perempuan muda papua pun terjadi hal yang demikian. Perempuan muda papua yang
seharusnya sadar akan penindasan dan penghisapan yang di lakukan oleh
kapitalisme dan seharusnya juga memperjuangkan kesetaraan antara perempuan dan
laki-laki saja sudah hanyut dalam derasnya arus penindasan tersebut. Dan
parahnya lagi sampai hari ini mereka menganggap semua ini biasa-biasa saja atau
semua ini adalah Takdir.
Ini bukan persoalan
paksaan dan lain sebagainya namun kalau kita bicara dalam konteks sebuah bangsa
(Bangsa Papua) maka perempuan papua adalah nafas dari kehidupan generasi bangsa
papua kedepan.
Oleh karena itu suara Perempuan Papua untuk melawan
penindasan kapitalisme dan
memperjuangkan kesetaraan sangat penting. Karena sejarah pernah mencatat bahwa
revolusi Bolshevik (Rusia) terjadi salah satu faktornya adalah suara perempuan.
Berkaitan dengan gugurnya 2 (dua) juta
tentara Rusia dalam peperangan, para perempuan Rusia kembali memilih hari
Minggu terakhir pada bulan Februari 1917 untuk melakukan aksi mogok menuntut
”roti dan perdamaian” atau yang lebih dikenal dengan slogan“Bread and Peace!”.
Para pimpinan politik menentang pemilihan waktu mogok, tetapi para
perempuan tetap melakukannnya. Dan hasilnya empat hari kemudian tsar pun digulingkan.
Apa yang harus di lakukan perempuan Papua ? Yang harus
dilakukan perempuan papua adalah; Sadar, Membaca, Menulis, mengkritisi, berorganisasi,
dan Aksi.
Di atas adalah beberapa poin penting yang dapat di lakukan
perempuan papua saat ini untuk memaknai hari perempuan internasional agar tidak
terjerumus dalam derasnya arus kapitalisme yang kencang dan menipu realita hari
ini di papua.
Oleh ; Humas Immapa Bali
Sumber ; http://zuzangriapon.blogspot.co.id/2016/09/perempuanpapuadalampagarpatriarkidankapitalis.html
COMMENTS