(Ilustrasi foto by ; Jeeno, Perbandingan antara egoisme dan provesionalitas dalam srtuktur Organisasi) Oleh : Jeeno Egoi...
(Ilustrasi foto by ; Jeeno,
Perbandingan antara egoisme dan provesionalitas dalam srtuktur Organisasi)
Oleh : Jeeno
Egoisme sangat relevan dan tumbuh subur dalam setiap
organisasi mengakibatkan pincangnya perjalanan organisasi mencapai setiap
program-program kerja yang menjadi agenda bersama.
Egoisme dalam contoh genetiknya adalah sejenis partikel virus
yang dapat menyebar akibat dari kepentingan-kepentingan individu yang dapat
digunakan sebagai cara oleh setiap individu untuk memenangkan kepentingannya
dan bersaing dengan lainnya.
Organisasi yang pada dasarnya dibangun atas dasar kepentingan
bersama yang dalam setiap program kerjanya tercantum setiap aturan dan tujuan
tujuan organisasi yang hendak dicapai tergantung organisasi model apa yang
hendak di bangun.
Dalam organisasi pun memiliki struktur yang jelas mulai dari
ketua sampai kepada sub-bidangnya, hal ini dimaksud agar dalam pembagian tugas
pada kerja-kerja organisasi nantinya jelas dan sesuai dengan bidang
masing-masing.
Walaupun demikian organisasipun memiliki sifat sub-koordinasi,
dimana setiap bagian saling membutuhkan untuk menjalankan organisasi tersebut.
Dalam contoh genetiknya Organisasi itu ibarat tubuh manusia,
yang setiap organnya memiliki fungsi masing-masing. Otak berfungsi untuk
berfikir dan mengontrol seluruh organ dalam kerja-kerjanya, mata berfungsi
untuk melihat dan memastikan keadaan/objek nyata disekitar, tangan untuk
mengambil dan mengerjakan sesuatu, kaki berjalan menuju ke objek yang ingin
dituju.
Begitupula Organisasi; Ketua ibarat otak, bidang-bidang
lainnya ibarat organ tubuh. Dimana semuanya adalah satu kesatuan yang saling
membutuhkan dan akan bekerja untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam kerja-kerja
organisasi, egoisme hadir sebagai sifat yang individualis yang tidak
mementingkan kesatuan dan agenda bersama tetapi menjadikan organisasi sebagai
alat untuk meloloskan agenda/kepentingan individunya.
Hal seperti ini dapat kita jumpai dalam setiap organisasi
apapaun bentuk organisasinya, yang mengakibatkan terhambat dan lumpuhnya
aktivitas organisasi bahkan pada tingkat tertinggi Egoisme dapat menghancurkan
organisasi tersebut.
Dalam organisasi egoisme jika digunakan dengan maksud dan
tujuan untuk pembangunan organisasi maka dapat disebut dengan egosme positif
tetapi jika egoisme yang dimaksud adalah untuk kepentingan individualis atau
menghancurkan organiasi adalah egoisme Negatife.
Berikut Karakter atau ciri-ciri dari dari egoisme dalam
organisasi;
Positife :
Terlalu ingin melindungi hal yang penting didalam organisasi
demi ketahanan dan kemajuan, ngotot untuk mengatur orang untuk kebaikan, tidak
suka melihat hal-hal yang tidak baik, selalu berusaha dan pantang menyerah
walaupun sering mengalami kegagalan, membantah untuk sesuatu yang tidak baik
dan berdampak buruk bagi organisasi.
Negatife :
Lebih mementingkan diri sendiri, tidak mau mendengar pendapat
orang lain dan menganggap dirinya yang paling benar, acuh-tak acuh terhadap
temannya, lebih mementingkan kepentingan individu daripada kepentingan
organisasi.
Egoisme itu sendiri sudah ada dalam diri setiap individu sejak
kita kecil yang timbul akibat dari pergaulan baik itu interen (didikan orang
tua) maupun extern (Lingkungan sekitar), tergantung mau diarahkan ke jalur yang
baik (Positife) atau jalur yang buruk (Negatife) kembali kepada individu
masing-masing.
Satu hal yang dapat membantu untuk mengarahkan atau
mengontrol egoisme kearah yang positif adalah Profesionlaitas. Profesionalitas
adalah alternatife terbaik untuk mengarahkan pandangan dan pola fikir kita
kearah yang lebih baik.
Profesionalitas secara garis besar merupakan kata sifat yang
berarti karakter kerja seseorang dalam menekuni profesinya atau juga kemampuan dalam
organisasi untuk bertindak secara profesional. Profesionalitas juga menyangkut
perihal profesi atau keprofesian yang menyangkut kualitas sikap sang pemangku
jabatan terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka
miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.
Contoh:
Dalam sebuah
organisasi ada seorang yang memiliki tanggung jawab sebagai koordinator bidang
Humas dia paham terhadap tugas dan tanggung jawabnya sehinngga ia mampu
merangkul anggotanya dan memberikan tugas sesuai kemampuan anggotannya
masing-masing, demi mencapai tujuan organisasi tersebut.
Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih menggambarkan
suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang yang dilihat dari sikap,
pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
Humas Immapa Bali
COMMENTS